Judul : Assalamualaikum Beijing
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : AsmaNadia Publishing House
Tebal : 360 hlm
ISBD : 978-602-9055-25-2
Versi : Cerpen & Novel
Cinta, pengkhianatan, kesetiaan, pengorbanan dan keteguhan
hati. Inilah makna yang terangkum dalam novel ini. Bahwa dalam hidup ujian akan
selalu datang, dan kita harus mengadapinya dengan ikhtiar dan ikhas. "Kita
tidak bisa menghindari takdir yang Allah berikan tetapi bisa memilih cara
bagaimana menghadapinya". Dan ketika kita mempunyai keikhlasan
yang kuat dalam menghadapi ujian-Nya, niscaya dengan Kun Fayakun-Nya semua
cobaan akan hilang dengan sendirinya. Allah tak menguji hamba hamba-Nya di luar
kesanggupan, dan doa adalah senjata yang memungkinkan kemustahilan
Novel
ini menceritakan tokoh utama bernama Asma, seorang gadis manis dengan mata
indah yang cerdas, dan semangat hidup yang besar dalam menghadapi segala ujian
Allah. Seperti saat Ia berhasil menundukkan undakan demi undakan Great
Wall yang panjang dan dipenuhi dengan banyak gembok cinta yang terpasang
di dindingnya, seperti itulah Ia mencoba menjalani dan menundukan setiap cobaan
hidup yang datang.
“ Harta dan kebangsawana n tak membuat laki-laki menjadi
pangeran. Cinta Sejati seorang putrilah yang mengubahnya ”
AsmaRa,
nama panggilan sayang yang diberikan oleh Dewa, pria yang sudah 4 tahun
menjalin kisah cinta dengannya. Kebersamaan, Kepercayaan dan Impian menjalani
hidup bersama yang hampir diwujudkan dalam pernikahanpun seketika gagal,
setelah Dewa melakukan kehilafan dengan Anita, teman sekantornya. Kehilafan itu
membawa Dewa pada kehidupan rumah tangga yang tak bahagia bersama Anita, gadis
cantik bertubuh tinggi, putih dan berobsesi besar untuk memiliki Dewa. Tetapi
apapun kelebihan yang dimiliki Anita tak mampu membuat Dewa hidup bahagia,
karena sesungguhnya cinta Dewa hanya untuk Ra.
“ Jika tak kau temukan cintamu, biarkan cinta yang
menemukanmu ”
Kepergian
sang Ayah yang lebih memilih perempuan lain dan kegagalan pernikahanya dengan Dewa,
membuat Asma semakin mempertanyakan tentang keberadaan cinta sejati. Ia
perlahan menutup hati. Ia tak ingin membuang waktu mengingat orang-orang yang
telah memutuskan pergi dari hidupnya.
Perjalanan
Asma ke Cina awalnya hanya sebatas perjalanan dinas menggatikan teman kerjanya,
tetapi dari sinilah awal bertemunya cinta sejatinya. Zhongwen, pemuda berahang
kukuh dan bermata cerdas yang tanpa sengaja ia temuai di Cina. Zhongwen dengan
segudang pengetahuanya tentang legenda Cina telah memberikan banyak bantuan dan
pelajaran baru selama Asma di Cina. Pertemenan mereka berlanjut hingga Asma
kembali ke Indonesia, mereka berdiskusi tentang banyak hal melalui email, sms
ataupun kartu pos yang sering Zhongwen kirim dari berbagai kota di Cina. Dari
Asma juga Zhongwen banyak mendapat pencerahan tentang Islam, dan hidayah yang akhirnya
menuntunnya menjadi muallaf, meski
sebagai konsekuensinya, Zhongwen terusir dari keluarga. Pertemanan yang semakin
lama menumbuhkan cinta di antara keduanya tetapi entahlah apakah itu benar
cinta?? Asma tidak ingin berharap banyak tentang cinta pada pria yang jauh di
negeri Cina itu.
“ Tak akan kau temukan aku terkapar sebab kekalahan serupa
api bagiku yang membakar belukar di tiap jalan “
Diuji
dengan sakit Asma justru semakin kuat, ketika Ia divonis penyakit APS
(Antiphospholipid Syndrome) penyakit pengentalan darah yang dapat menyebabkan
berbagai kemungkinan termasuk stroek, kebutaan dan sulitnya mendapatkan
keturunan. Tetapi dalam sakitnya Asma termotivasi untuk memberikan yang terbaik
dan membahagiakan orang yang sangat dicintainya, satu-satunya, sang Mama.
Berusaha menutup rapat sakit dan derita yang menderanya dari dunia, termasuk
dari Zhongwen. Harapan dan sinyal-sinyal cinta yang dikirim Zhongwen selalu
ditepisnya dari pikiran. Iya hanya ingin fokus pada cita-cita membahagiakan Mamanya.
Melewati hari-hari berat bersama sang Mama, sahabatnya Sekar dan suaminya
Mas Ridwan.
“ Doa selalu menenangkan dan
memberikan harapan “
“ Bismillahisy syafi, bismillahi kafi, bismillahil mu’afi, bismillahil
ladzi la yadurru ma’asmihi syai’un fil ardi wa la fis sama’i wa huwas sami’ul
alim “
“ Dengan nama Allah Tuhan yang menyembuhkan. Dengan nama Allah Tuhan
yang mencukupkan. Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatupun
yang berbahaya baik di bumi maupun di langit “
“ Inni massaniyad durru wa anta arhamur rahimiin “
“ Sesungguhnya aku telah
ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang”
“ Aku tak ragu mengatakan, bersama denganmu walaupun sebatas
embusan angin kunamai ia anugrah “
Keyakinannya
memilih Islam dan cintanya pada Asma, membawa Zhongwen sampai ke Indonesia.
Meskipun kenyataanya Asma yang Ia lihat sekarang sedang sakit, tetapi apapun
resikonya ia tetap yakin dengan cintanya pada Asma. Dengan segenap cinta karena
Allah kesabaran dan kesungguhan Zhongwen merawat Asma menyentuh dan menumbuhkan
kembali perasaan sayang dan cinta yang awalnya hilang. Zhongwen adalah anugrah,
dan mungkin cinta sejati Asma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar